Breaking News
Loading...

Random News

  • New Movies
  • Recent Games
  • Tech Review

Tab 1 Top Area

Tech News

Game Reviews

Recent Post

Showing posts with label Profil Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Profil Tokoh. Show all posts
Friday, November 9, 2012
Istri Simpanan Mitt Romney Itu Maria Perez Agen Rahasia Kuba-Rusia

Istri Simpanan Mitt Romney Itu Maria Perez Agen Rahasia Kuba-Rusia



“ROMNEY FILE”: Nama Maria Perez (Maria Perez Andropov) dengan sekian banyak alias tidak menarik perhatian kecuali karena dua hal. Pertama: dia adalah istri simpanan (mistress) kandidat Presiden Amerika Mitt Romney. Kedua: dia diidentifikasi sebagai cewek agen rahasia Kuba-Rusia buat menjerat orang penting Amerika demi kepentingan nasional Kuba. Aksi umpan seksual Kuba menjerat Romney sudah lama dikintili oleh biro mata-mata FBI.

Sebagai polisi rahasia dalam negeri Amerika, FBI menyimpan banyak bukti aktivitas rahasia Romney di Kuba. Di dalamnya termasuk foto, video, penyadapan telpon, pengawasan undercover, dll. Semua itu, dalam bundel “Romney File”, konon ditelusuri mundur sejak tahun 1999.

Adalah Gordon Duff -senior editor portal investigasi dan inteligen VeteransToday.com - yang pertama kali mengungkap Romney File. Ada hubungan gelap Mitt Romney-Maria Perez Andropov. Celakanya pengungkapan terjadi hanya beberapa hari jelang Pemilihan Presiden Amerika 7 November 2012. Mau tidak mau ini adalah tonjokan mematikan. Soalnya Romney diindikasikan sebagai aset mata-mata Kuba dan Rusia, alias penghianat negara. Sedangkan Maria Perez diidentifikasi sebagai “handler” buat membimbing sekalian mengeloni Romney.

“ROMNEY FILE”

Sebagai penganut agama mormon sejatinya bukan masalah Romney punya istri lain, istri simpanan, apapun istilahnya. Mormon dikenal penganut poligami. Namun belakangan ini penganut mormon melarang poligami secara politis tapi melanjutkan poligami secara teologis (TheHuffingtonPost, Gregory A Prince, Agustus 2012). Oleh karenanya rasional bila mistress Romney dipilih cewek luar negeri agar tidak menggangu karir politiknya dalam Partai Republik (GOP).

Sandungan pada mata kaki dan selangkangan Romney sejak 1 November 2012 oleh VeteransToday bukan cuma istri tambahan dan aset mata-mata Rusia-Kuba. Perusahaan milik Romney, Bain Capital, ditelanjangi terlibat transaksi pencucian uang narkotik hingga satu trilyun dollar ($1 trillions). Gordon Duff mengungkap semua ini atas dasar bocoran FBI dari faksi patriot Amerika.

“Romney File”

Lucunya stasiun berita ABC sudah tau kelakuan Romney dari FBI tapi konon ada deal agar ABC akan ungkap “romney file” setelah usai Pemilihan Presiden. Lebih lucu lagi adalah kalangan elite Amerika sudah tau sejak tahun lalu tapi semua tutup mulut saking kuatnya kucuran uang dari Romney and the gang. Informasi semacam ini menunjukkan bahwa keterlibatan elite Amerika (khususnya George Bush dkk) dalam transaksi narkotik kian terkuak nyata adanya.

SETELAH Mitt Romney keok pada Pemilihan Presiden Amerika pekan ini dikalahkan oleh Barack Obama, dia harus siap-siap menghadapi masa suram. Bila pengungkapan VeteransToday akurat bisa jadi Romney “alon-alon” digiring ke pintu penjara. Atau… minimal Romney dimatikan karir politiknya tanpa masuk bui melalui sebuah special deal.

Why not?
Tuesday, October 30, 2012
Bung Tomo, Pahlawan yang Sempat Tak Diakui

Bung Tomo, Pahlawan yang Sempat Tak Diakui


“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!”


- Bung Tomo -

Siapa tak kenal Sutomo? Pria yang hampir selalu digambarkan dengan sosok penuh semangat, jari menunjuk ke atas dan tatapan mata tajam di buku-buku pelajaran itu adalah seorang tokoh penting dalam pertempuran besar di Surabaya. Sosok penyebar semangat arek-arek Surabaya yang namanya didengung-dengungkan terutama menjelang Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November itu dikenal sebagai Singa Podium yang pidatonya bukan hanya menghipnotis tapi juga mampu membakar jiwa-jiwa muda yang sedang berjuang melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia pada masa itu.

Lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920, Sutomo atau lebih dikenal sebagai Bung Tomo adalah sosok yang aktif berorganisasi sejak remaja. Tumbuh di masa-masa sulit, masa penjajahan, Bung Tomo menjelma menjadi seorang pemuda yang tangguh. Tertarik dengan dunia jurnalisme, pada masa mudanya Bung Tomo tercatat sebagai wartawan freelance pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya 1937. Pada tahun 1939 Bung Tomo menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa di Ekspres, Surabaya. Terakhir beliau tercatat sebagai Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia Antara di Surabaya 1945.

Jiwa kepahlawanan Bung Tomo tidak perlu diragukan lagi. Sejarah mencatat seorang Bung Tomo sebagai sosok yang cinta tanah air, tak gentar melawan penjajah dan terus mengobarkan semangat para pejuang pada masanya. Sosok yang namanya telah melekat erat pada rakyat Indonesia umumnya serta warga Surabaya, arek-arek Surabaya khususnya, sebagai seorang pahlawan ini ternyata baru mendapat gelar pahlawan setelah dua puluh tujuh tahun wafat.

Sosok yang sejak kita sekolah, diajarkan di pelajaran sejarah, kita anggap sebagai pahlawan karena perjuangannya mulai dari melawan penjajah sampai mempertahankan kedaulatan republik ini yang sempat hendak diusik lagi oleh Belanda ternyata dulunya tidak diakui sebagai pahlawan oleh pemerintah kita. Bung Tomo, pahlawan pengobar semangat juang arek-arek Surabaya ini baru mendapat gelar pahlawan secara resmi dari pemerintah pada tahun 2008, yang disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH 2008.

Sesuatu yang menimbulkan tanda tanya besar, meski kemudian jika kita menilik kembali sepak terjang beliau pada masanya hal ini tidak lagi mengejutkan. Bung Tomo bukan hanya seorang pejuang yang kritis terhadap penjajah, beliau adalah sosok yang juga kritis terhadap pemerintah. Pada jaman orde baru, pemerintahan Soeharto, Bung Tomo bahkan sempat dipenjara. Kritik-krtitiknya terhadap pemerintah waktu itu membuat gerah penguasa. Pemikiran-pemikirannya yang kritis bisa dibaca di bukunya, Menembus Kabut Gelap: Bung Tomo Menggugat.

Menurut KBBI, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dulu membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Kalau menilik pendefinisian di atas kiranya tak salah kalau selama ini kita menganggap Bung Tomo sebagai pahlawan meskipun, sekali lagi, ternyata pemerintah kita baru mengakui belum lama ini. Akan tetapi terlepas dari pengakuan pemerintah, ataupun pendefinisian, jasa Bung Tomo patut kita hargai. Bukan itu saja, di masa di mana kita sudah dinyatakan, diakui merdeka tapi ternyata masih “terjajah” ini, jiwa kepahlawanan seperti Bung Tomo sangat dibutuhkan. Bangsa kita butuh pahlawan-pahlawan untuk membawa bangsa ini menuju terwujudnya cita-cita bersama, cita-cita yang tertuang dalam butir-butir Pancasila terutama sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Cita-cita yang sepertinya masih sekadar pengakuan, tertulis, resmi, tapi belum benar-benar diamalkan.

Saya yakin Bung Tomo tidak butuh gelar pahlawan. Seorang pahlawan sejati tidak butuh pengakuan, dari siapapun. Bahkan, seorang pahlawan tidak akan merasa dirinya pahlawan karena dia berjuang dengan niat yang ikhlas demi terwujudnya cita-cita bersama, bukan untuk sebuah pengakuan atau sebutan pahlawan. Saya juga percaya ada jiwa pahlawan pada setiap diri manusia. Diakui atau tidak, dihargai atau tidak perjuangan kita, mengutip kata-kata Soe Hok Gie dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran, “Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi.”
Thursday, October 4, 2012
Menguak Pemikiran Tan Malaka

Menguak Pemikiran Tan Malaka


Amedz Share| Hatinya terlalu teguh untuk berkompromi. Maka ia diburu polisi rahasia Belanda, Inggris, Amerika, dan Jepang di 11 negara demi cita-cita utama: kemerdekaan Indonesia. Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ”Bapak Republik Indonesia”. Soekarno menyebutnya ”seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.

Sosok Tan Yang Mahir Dalam Revolusi

Ia seorang yang telah melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Namanya Tan Malaka, atau Ibrahim Datuk Tan Malaka, dan kini mungkin dua-tiga generasi melupakan sosoknya yang lengkap ini: kaya gagasan filosofis, tapi juga lincah berorganisasi.

ORDE Baru telah melabur hitam peran sejarahnya. Tapi, harus diakui, di mata sebagian anak muda, Tan mempunyai daya tarik yang tak tertahankan. Sewaktu Soeharto berkuasa, menggali pemikiran serta langkah-langkah politik Tan sama seperti membaca novel-novel Pramoedya Ananta Toer. Buku-bukunya disebarluaskan lewat jaringan klandestin. Diskusi yang membahas alam pikirannya dilangsungkan secara berbisik. Meski dalam perjalanan hidupnya Tan akhirnya berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), sosoknya sering kali dihubungkan dengan PKI: musuh abadi Orde Baru.

Perlakuan serupa menimpa Tan di masa Soekarno berkuasa. Soekarno, melalui kabinet Sjahrir, memenjarakan Tan selama dua setengah tahun, tanpa pengadilan. Perseteruannya dengan para pemimpin pucuk PKI membuat ia terlempar dari lingkaran kekuasaan. Ketika PKI akrab dengan kekuasaan, Bung Karno memilih Musso—orang yang telah bersumpah menggantung Tan karena pertikaian internal partai—ketimbang Tan. Sedangkan D.N. Aidit memburu testamen politik Soekarno kepada Tan. Surat wasiat itu berisi penyerahan kekuasaan kepemimpinan kepada empat nama—salah satunya Tan—apabila Soekarno dan Hatta mati atau ditangkap. Akhirnya Soekarno sendiri membakar testamen tersebut. Testamen itu berbunyi: ”...jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka.”

Politik memang kemudian menenggelamkannya. Di Bukittinggi, di kampung halamannya, nama Tan cuma didengar sayup-sayup. Ketika Harry Albert Poeze, sejarawan Belanda yang meneliti Tan sejak 36 tahun lalu, mendatangi Sekolah Menengah Atas 2 Bukittinggi, Februari lalu, guru-guru sekolah itu terkejut. Sebagian guru tak tahu Tan pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang dulu bernama Kweekschool (sekolah guru) itu pada 1907-1913. Sebagian lain justru tahu dari murid yang rajin berselancar di Internet. Mereka masih tak yakin, sampai kemudian Poeze datang. Poeze pun menemukan prasasti Engku Nawawi Sutan Makmur, guru Tan, tersembunyi di balik lemari sekolah.

Di sepanjang hidupnya, Tan telah menempuh pelbagai royan: dari masa akhir Perang Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia II. Di kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia, lelaki kelahiran Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 ini merupakan tokoh pertama yang menggagas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh lebih dulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928), dan Bung Karno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka (1933).

Buku Naar de Republiek dan Massa Actie (1926) yang ditulis dari tanah pelarian itu telah menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. Tokoh pemuda radikal Sayuti Melik, misalnya, mengenang bagaimana Bung Karno dan Ir Anwari membawa dan mencoret-coret hal penting dari Massa Actie. Waktu itu Bung Karno memimpin Klub Debat Bandung. Salah satu tuduhan yang memberatkan Soekarno ketika diadili di Landrat Bandung pada 1931 juga lantaran menyimpan buku terlarang ini. Tak aneh jika isi buku itu menjadi ilham dan dikutip Bung Karno dalam pleidoinya, Indonesia Menggugat.

W.R. Supratman pun telah membaca habis Massa Actie. Ia memasukkan kalimat ”Indonesia tanah tumpah darahku” ke dalam lagu Indonesia Raya setelah diilhami bagian akhir dari Massa Actie, pada bab bertajuk ”Khayal Seorang Revolusioner”. Di situ Tan antara lain menulis, ”Di muka barisan laskar, itulah tempatmu berdiri.... Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah darahnya.”

Di seputar Proklamasi, Tan menorehkan perannya yang penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum bergema keras dan ”masih sebatas catatan di atas kertas”. Tan menulis aksi itu ”uji kekuatan untuk memisahkan kawan dan lawan”. Setelah rapat ini, perlawanan terhadap Jepang kian berani dan gencar.

Kehadiran Tan di Lapangan Ikada menjadi cerita menarik tersendiri. Poeze bertahun-tahun mencari bukti kehadiran Tan itu. Sahabat-sahabat Tan, seperti Sayuti Melik, bekas Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo, dan mantan Wakil Presiden Adam Malik, telah memberikan kesaksian. Tapi kesaksian itu harus didukung bukti visual. Dokumen foto peristiwa itu tak banyak. Memang ada rekaman film dari Berita Film Indonesia. Namun mencari seorang Tan di tengah kerumunan sekitar 200 ribu orang dari pelbagai daerah bukan perkara mudah.

Poeze mengambil jalan berputar. Ia menghimpun semua ciri khas Tan dengan mencari dokumen di delapan dari 11 negara yang pernah didatangi Tan. Tan, misalnya, selalu memakai topi perkebunan sejak melarikan diri di Filipina (1925-1927). Ia cuma membawa paling banyak dua setel pakaian. Dan sejak keterlibatannya dalam gerakan buruh di Bayah, Banten, pada 1940-an, ia selalu memakai celana selutut. Ia juga selalu duduk menghadap jendela setiap kali berkunjung ke sebuah rumah. Ini untuk mengantisipasi jika polisi rahasia Belanda, Jepang, Inggris, atau Amerika tiba-tiba datang menggerebek. Ia memiliki 23 nama palsu dan telah menjelajahi dua benua dengan total perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer, dua kali jarak yang ditempuh Che Guevara di Amerika Latin.

Satu lagi bukti yang mesti dicari: berapa tinggi Tan sebenarnya? Di buku Dari Penjara ke Penjara II, Tan bercerita ia dipotret setelah cukur rambut dalam tahanan di Hong Kong. ”Sekonyong-konyong tiga orang memegang kuat tangan saya dan memegang jempol saya buat diambil capnya. Semua dilakukan serobotan,” ucap Tan. Dari buku ini Poeze pun mencari dokumen tinggi Tan dari arsip polisi Inggris yang menahan Tan di Hong Kong. Eureka! Tinggi Tan ternyata 165 sentimeter, lebih pendek daripada Soekarno (172 sentimeter). Dari ciri-ciri itu, Poeze menemukan foto Tan yang berjalan berdampingan dengan Soekarno. Tan terbukti berada di lapangan itu dan menggerakkan pemuda.

Tan tak pernah menyerah. Mungkin itulah yang membuatnya sangat kecewa dengan Soekarno-Hatta yang memilih berunding dan kemudian ditangkap Belanda. Menurut Poeze, Tan berkukuh, sebagai pemimpin revolusi Soekarno semestinya mengedepankan perlawanan gerilya ketimbang menyerah. Baginya, perundingan hanya bisa dilakukan setelah ada pengakuan kemerdekaan Indonesia 100 persen dari Belanda dan Sekutu. Tanpa itu, nonsens.

Sebelum melawan Soekarno, Tan pernah melawan arus dalam kongres Komunisme Internasional di Moskow pada 1922. Ia mengungkapkan gerakan komunis di Indonesia tak akan berhasil mengusir kolonialisme jika tak bekerja sama dengan Pan-Islamisme. Ia juga menolak rencana kelompok Prambanan menggelar pemberontakan PKI 1926/1927. Revolusi, kata Tan, tak dirancang berdasarkan logistik belaka, apalagi dengan bantuan dari luar seperti Rusia, tapi pada kekuatan massa. Saat itu otot revolusi belum terbangun baik. Postur kekuatan komunis masih ringkih. ”Revolusi bukanlah sesuatu yang dikarang dalam otak,” tulis Tan. Singkat kata, rencana pemberontakan itu tak matang.

Penolakan ini tak urung membuat Tan disingkirkan para pemimpin partai. Tapi, bagi Tan, partai bukanlah segala-galanya. Jauh lebih penting dari itu: kemerdekaan nasional Indonesia. Dari sini kita bisa membaca watak dan orientasi penulis Madilog ini. Ia seorang Marxis, tapi sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tapi kata Tan, ”Di depan Tuhan saya seorang muslim” (siapa sangka ia hafal Al-Quran sewaktu muda). Perhatian utamanya adalah menutup buku kolonialisme selama-lamanya dari bumi Indonesia.

Berpuluh tahun namanya absen dari buku-buku sejarah; dua-tiga generasi di antara kita mungkin hanya mengenal samar-samar tokoh ini. Dan kini, ketika negeri ini genap 63 tahun, artikel ini mencoba melawan lupa yang lahir dari aneka keputusan politik itu, dan mencoba mengungkai kembali riwayat kemahiran orang revolusioner ini. Sebagaimana kita mengingat bapak-bapak bangsa yang lain: Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Mohammad Natsir, dan lainnya.

Tan Malaka filsuf tersohor Indonesia meninggalkan misteri dari sisi kehidupannya, tapi menghidupkan akal sehat manusia ketimuran dengan karya terbaiknya. Materialisme, Dialektika dan Logika (Madilog). Mahakarya ini menempatkan Tan Malaka sebagai salah satu tokoh filsuf Indonesia, bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan Tan Malaka adalah satu-satunya filsuf yang dimiliki oleh Indonesia.

Perjalanan hidup Tan Malaka melahirkan kontroversi dan tanda tanya di penghujung hayatnya, karena kaburnya jejak kehidupan Tan Malaka seperti hilang di telan bumi, hilang yang tak tau rimbanya, mati yang tak tau kuburnya, ia raib bersama orisinalitas pemikirannya, kabur bersama konsistensi dan komitmen hidupnya, tetapi kekuatan berpikir yang dimiliki Tan Malaka disandarkan kepada hasil berpikir ilmiah yang berangkat dari problematika sosial ke Indonesiaan.

Komitmen ke Indonesian Tan Malaka mewarnai perantauannya yang melanglangbuana kebeberapa negara, diawali dengan pendidikan dasarnya di Bukittinggi di teruskan pendidikan menengah di Harlem Belanda. Bangunan Ke Indonesiaan Tan Malaka tetap kokoh, terbukti pada tahun 1919 Tan Malaka kembali untuk cita-cita melepaskan Indonesia dari cengkraman penjajahan kolonial Belanda, dengan menggalang kekuatan Islam dan Komunis di Sarikat Indonesia (SI). Walaupun pada tahun 1921 SI pecah dan Tan Malaka diangkat menjadi ketua Partai Komunis Hindia yang didalam sejarah disebut dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Strategi, taktik dan keberanian Tan Malaka memberikan perlawan secara terbuka terhadap penjajahan Belanda membuat Belanda terusik dan terancam sehingga Belanda membuangnya ke Amsterdam Belanda. Dalam pembuangannya Tan Malaka dapat melakukan pelarian ke berbagai negara seperti Rusia untuk menghadiri konferensi Komunis Internasional (Komintern) keempat di Moskow, kemudian ia diangkat sebagai wakil Komintern untuk Asia Timur yang berkedudukan di Kanton Cina, sejak tahun 1923.

Hidup Tan Malaka dengan status sebagai buangan tetap menghantui pelariannya karena kerap kali Tan Malaka tertangkap dan juga sering lolos dari jeratan penangkapan musuh. Tan Malaka baru masuk kembali ke Pulau Jawa setelah Jepang menduduki Jawa, dengan menggunakan nama samaran ia menunggu waktu yang tepat bagi rakyat Indonesia untuk memerdekakan diri. Kehadiran Tan Malaka di Indonesia di ketahui pada tanggal 25 Agustus 1945 sejak itulah ia hidup dengan nama Tan Malaka sampai zaman mengantarnya kepada kematian pada tahun 1949. Kematian itulah yang sampai saat ini menjadi misteri Tan Malaka.

JEMBATAN KELEDAI TAN MALAKA


Kata Jembatan Keledai sangat sering muncul dalam tulisan Tan Malaka di dalam bukunya yang berjudul Madilog. Penulis sangat kagum dengan perjuangan Tan Malaka dalam memelihara inggatannya, sebagai akibat dari keterbatasannya dalam menulis pokok-pokok pikiran penting dari sesuatu yang ia baca, amati dan ia lihat. Sebagai seorang buronan dalam pelarian tentu sangat logis kalau pelarian tidak diberatkan oleh beban-beban seperti catatan ataupun buku, tetapi sosok Tan Malaka tidak pernah kehilangan akal karena ia mempunyai Jembatan Keledai (ezelbruggetje) yang selalu tersimpan di dalam otaknya.

Tan Malaka berkata walaupun ia tiada memiliki pustaka, walaupun buku-bukunya telantar, cerai berai dan lapuk atau hilang di Eropa, Tiongkok, Lautan Hindia atau hilang di dalam empang rumah tuan Tan King Tjan di Upper Serangoon Road, Singapura bukan berarti ia kehilangan isi buku-buku itu dan catatan boleh saja rusak tetapi Tan Malaka tidak pernah kehilangan akan ilmunya. Maka tidak menjadi mustahil kalau Tan Malaka memiliki berpuluh-puluh Jembatan Keledainya yang terpelihara dan terawat dengan baik sampai akhir hayatnya.

MADILOG DAN PEMIKIRAN MISTIK KETIMURAN

Madilog merupakan karya tersohor Tan Malaka yang mendapatkan pengakuan dari filsuf dunia, karena kemampuan dan kekuatan berpikir Tan Malaka yang mampu mengabungkan tiga aliran filsafat yakni Materialisme, Dialektika dan Logika menjadi satu konsep berpikir. Bila kita membaca Madilog maka sangat terasa buku ini berkerabat dengan materialisme dialektik Friedrich Engels yang tak lain merupakan konco sahabat karib dari Karl Marx yang menyempurnakan filsafat sosial Marx dengan filsafat alam dan ontologi materialis yang kemudian akan menjadi dasar filosofis Marxisme-Leninisme). Tan Malaka sendiri secara jujur mengatakan bahwa Materialisme dan dialektika bukanlah produk asli dari pemikirannya melainkan diambil dari Engels, Lenin dan tokoh-tokoh lain Marxisme-Leninisme, tetapi hebatnya Tan Malaka, ia mampu melepaskan Madilog dari bau-bau Marxisme Leninisme.

Penekanan kekuatan berpikir Tan Malaka yang menjadi ciri khas dari sosok filsuf Tan Malaka terletak pada logikanya. Tan Malaka secara khusus membahas Logika dan Dialektika, beliau menyebutkan bahwa logika tidak dibatalkan oleh dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Tan Malaka melihat dan berkeyakinan bahwa kemajuan umat manusia dilakukan melalui tiga tahap dari logika mistika lewat filsafat ke ilmu pengetahuan atau sains.

Penulis memandang Tan Malaka sangat gelisah dan risau dengan keterbelakangan kejumudan berpikir masyarakat ketimuran Indonesia oleh logika mistika, yakni logika gaib dimana orang percaya bahwa yang terjadi di dunia adalah kekuatan-keuatan keramat alam gaib sehingga ia berharap kekuatan-kekuatan ghaib tersebutlah yang akan membantu ia terlepas dari belenggu keterbelakangan dan kepicikan berpikir orang Indonesia saat itu, menyebabkan pudarnya keberanian dalam mengusir penjajah, dalam bahasa lain yang lebih populer penulis lebih nyaman menggunakan kata Tahayul, Khurafat dan Bit’ah (TBC).

Berangkat dari sebuah fenomena sosial yang akut itu, Tan Malaka berusaha menjadi aktor perubahan melalui materialisme, dialektik dan logika (Madilog) yang merupakan cara berpikir sebagai bentuk perlawanan atas cara berpikir mistik timur untuk mengubah masyarakat Indonesia agar berpikir lebih rasional. Menurut Tan Malaka pikiran manusia bersifat kreatif sehingga manusia itu sendiri dapat mengubah dirinya sendiri, tetapi pikirannya terlebih dahulu harus logis, realistis dan dinamis. Untuk mengwujudkan pikiran tersebut maka seseorang harus terdidik, agar dapat menjadi orang terdidik disanalah dibutuhkan peran sekolah. Kesadaran bersekolah pada saat itu masih sangat rendah, dengan sendirinya orang-orang terdidik pada saat itu sangat sedikit. Tan Malaka berpendapat sesuatu tidak berubah dengan sendirinya harus ada usaha untuk merobahnya.

TAN MALAKA DAN KEISLAMAN

Minangkabau adalah daerah yang pondasi ke Islamannya sangat kuat, filosofisnya adalah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Sangat tegas filosofis ini menyabarkan bahwa alam Minangkabau adalah alam yang bersandikan kepada kitabullah yakni kitab Allah. Adat tidak berdiri sendiri tetapi adat harus sesuai dengan komitmen ke Islaman. Alam inilah yang melahirkan sekaligus membesarkan seorang filsuf Tan Malaka. Secara otomatis tentu Tan Malaka dilahirkan di tengah-tengah keluarga Islam.

Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga yang taat dalam beragama tentu Tan Malaka belajar agama seperti menghafalkan Al-Qur’an dan mempelajari dasar-dasar agama Islam, sebagaimana anak-anak kampung di pelosok Minangkabau yang belajar di surau-surau, bahkan ia juga sempat aktif mengajar mengaji anak-anak yang lain. Tan Malaka beberapa kali menyelesaikan terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Belanda.

Tan Malaka mengatakan pada saat menyaksikan ibunya yang sedang sakit, menentang malaikat maut sambil menyebut Juz Yasin berkali-kali dan Bapaknya pingsan di dalam air pada saat mau berwudhuk untuk melaksanakan sholat, bahkan pada saat di Belanda ia mengatakan sering membeli sejarah dunia berjilid-jilid yang disana juga ada sejarah Islam, ia juga mengkaji Islam lewat tulisan-tulisan pengamat Islam bangsa Belanda, Snouck Hurgronje dan Tan Malaka membandingkan semua itu dengan karya-karya filosof dan pemikir Eropa.

Penulis berpendapat walaupun Tan Malaka sangat mengerti Islam tetapi Tan Malaka memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan Islam. Sistem filsafatnya terpengaruh oleh sistem filsafat bangsa Barat. Dalam Madilog, Tan Malaka menulis, agama Yahudi, Nasrani dan Islam memiliki kedudukan yang sama, Tan Malaka juga berpendapat Tuhan lebih berkuasa dari hukum alam, akan tetapi selama alam semesta ada selama itu pula hukum alam berlaku. Menurut hukum alam, materilah yang mengandung kekuatan. Berdasarkan hukum alam, materi-materi yang ada bergerak, bersatu, berpisah, tarik-menarik dan lain seterusnya.

Tan Malaka tidak dapat kita pungkuri adalah filsuf yang kontroversi, ia lenyap dalam misteri kontroversinya. Tetapi tidak dapat kita picingkan mata bahwa karya Madilog Tan Malaka adalah mahakarya yang tidak mungkin lahir dari orang-orang biasa. Madilog berperan mengubah kejumudan berpikir orang-orang ketimuran yang berimplikasi kepada meningkatnya nasionalisme kebangsaan untuk mengwujudkan manusia Indonesia yang merdeka dari penjajahan. Seiring dengan kepergian Tan Malaka yang tak tau entah dimana kuburnya, namun pemikirannya telah berbuah yakni Republik Indonesia yang dulu sangat di cita-citakannya. Pada masa depan Tan Malaka baru harus lahir dari rahim Republik Indonesia, untuk terus mengisi kemerdekaan guna mengwujudkan Indonesia Jaya. Indonesia yang adil dan sejahtera.

Bahan Bacaan : Malaka,Tan, MADILOG (Materialisme Dialektika Logika). 1951. Jakarta; Pusat Data Indikator

Tuesday, September 18, 2012
Adnan Oktar  Ilmuwan Berakhlak Mulia

Adnan Oktar Ilmuwan Berakhlak Mulia


Adnan Oktar adalah ilmuwan Turki terkemuka yang lahir di Ankara tahun 1956. Sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi akhlaq dan aktif berdakwah pada masyarakat, Adnan Oktar memulai perjuangan intelektualnya pada tahun 1979, yakni sewaktu masih berkuliah di Akademi Seni Rupa, Universitas Mimar Sinan. Selama masa kuliah, pengkajiannya yang mendalam tentang berbagai filsafat dan ideologi materialistis yang sangat berpengaruh waktu itu menjadikan Adnan Oktar lebih paham dibanding para pendukung filsafat dan ideologi itu sendiri. 

Berdasarkan kumpulan hasil penelitian dan studinya ini, ia menulis beragam buku mengenai bahaya Darwinisme dan teori evolusi. Ini adalah doktrin yang membahayakan nilai-nilai akhlaq. Karya-karyanya telah meruntuhkan teori ini di hadapan ilmu pengetahuan. Sebagaimana pernyataan majalah New Scientist edisi 22 April 2000, Adnan Oktar menjadi "pahlawan dunia" yang membongkar kepalsuan teori evolusi dan fakta penciptaan.

Di samping itu, Adnan Oktar juga telah menulis lebih dari seratus buku mengenai akhlaq dalam Alqur'an dan masalah-masalah pokok dalam agama.

Nama pena Harun Yahya terdiri dari "Harun" dan "Yahya" sebagai penghormatan atas dua Nabi yang berjuang melawan kekufuran.

Karya-karyanya meliputi 'Tangan Rahasia' di Bosnia, Di Balik Terorisme, Kartu Kurdi Israel, Sebuah Strategi Nasional bagi Turki, Solusi: Moral Alqur'an, Permusuhan Darwin Terhadap Bangsa Turki, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme, Keruntuhan Evolusi, Bangsa-Bangsa Yang Dimusnahkan, Nabi Musa, Jaman Keemasan, Seni Allah dalam Warna, Kemegahan di Setiap Sudut Alam Semesta, Hakikat Kehidupan Dunia, Pengakuan Para Evolusionis, Kekeliruan Evolusionis, Sihir Darwinisme, Agama Darwinisme, Alqur'an Memberi Jalan bagi Ilmu Pengetahuan, Asal Usul Kehidupan Yang Sesungguhnya, Penciptaan Alam Semesta, Keajaiban Alqur'an, Rancangan pada Alam, Pengorbanan Diri dan Perilaku Cerdas pada Binatang, Kekekalan Telah Berlangsung, Anakku Darwin Telah Berbohong!, Kematian Darwinisme, Berpikir Mendalam, Ketiadaan Dimensi Waktu dan Hakikat Takdir, Jangan Pernah Merasa Tidak Tahu, Rahasia DNA, Keajaiban Atom, Keajaiban Dalam Sel, Keajaiban Sistem Kekebalan, Keajaiban Pada Mata, Keajaiban Penciptaan pada Tumbuhan, Keajaiban Pada Laba-Laba, Keajaiban Pada Semut, Keajaiban Pada Nyamuk, Keajaiban Pada Lebah Madu, Keajaiban Biji, Keajaiban Pada Rayap.

Karya-karya penulis dalam bentuk buku saku: Misteri Atom, Keruntuhan Teori Evolusi: Fakta Penciptaan, Keruntuhan Materialisme, Kematian Materialisme, Kekeliruan Para Evolusionis 1, Kekeliruan Para Evolusionis 2, Keruntuhan Mikrobiologis Teori Evolusi, Fakta Penciptaan, Keruntuhan Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan, Kebohongan Terbesar dalam Sejarah Biologi: Darwinisme.

Karya-karya Penulis tentang topik-topik yang berhubungan dengan Alqur'an: Pernahkah Anda Berpikir Tentang Kebenaran?, Mengabdi Hanya Kepada Allah, Meninggalkan Masyarakat Jahiliyyah, Surga, Teori Evolusi, Nilai Akhlaq dalam Alqur'an, Ilmu Alqur'an, Rahasia Orang Munafiq, Nama-Nama Allah, Berdakwah dan Berdebat dalam Alqur'an, Ajaran Pokok dalam Alqur'an, Jawaban Alqur'an, Kematian Kebangkitan dan Neraka, Perjuangan Para Rasul, Setan: Musuh Nyata Manusia, Syirik, Agama Masyarakat Jahiliyyah, Kesombongan Setan, Doa dalam Alqur'an, Pentingnya Fitrah menurut Alqur'an, Hari Kebangkitan, Jangan Pernah Lupa, Penilaian Alqur'an yang Terabaikan, Karakter Manusia dalam Masyarakat Jahiliyyah, Pentingnya Sabar dalam Alqur'an, Informasi Umum dari Alqur'an, Memahami Iman dengan Mudah 1-2-3, Pemikiran Dangkal Kekufuran, Keimanan Yang Sempurna, Sebelum Anda Menyesal, Para Rasul Kita Berkata, Keutamaan Orang Mukmin, Takut Kepada Allah, Mimpi Buruk Kekufuran, Nabi Isa Akan Datang, Keindahan Yang Dihadirkan Alqur'an Untuk Kehidupan, Kumpulan Keindahan Ciptaan Allah 1-2-3-4, Perbuatan Dosa "Pelecehan", Rahasia Ujian dalam Kehidupan, Hikmah Sejati Menurut Alqur'an, Perjuangan Agama Kaum Tak Beragama, Tarbiyyah Nabi Yusuf, Bersatu Dalam Kebaikan, Fitnah Terhadap Kaum Muslimin Sepanjang Sejarah, Pentingnya Mengikuti Ajaran yang Baik, Mengapa Anda Menipu Diri Anda Sendiri?, Islam: Agama Kemudahan, Kesabaran dan Ketabahan dalam Alqur'an, Melihat Kebaikan pada Segala Sesuatu, Bagaimana Orang Jahil Menafsirkan Alqur'an?, Sejumlah Rahasia Alqur'an, Keberanian Orang Beriman.

Karyanya Keruntuhan Evolusi, Bangsa-Bangsa Yang Dimusnahkan, Bagi Kaum Yang Berakal, Hakikat Kehidupan Dunia, Berpikir Mendalam, Jangan Pernah Merasa Tidak Tahu, Keajaiban Pada Semut, Seni Allah dalam Warna, Penciptaan Alam Semesta, Allah Dapat Diketahui Melalui Akal, Nilai Akhlaq dalam Alqur'an, Pernahkah Anda Memikirkan Kebenaran?, Pemikiran Dangkal Kekufuran, Pentingnya Fitrah Dalam Alqur'an, Keajaiban Dalam DNA telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Keajaiban Pada Semut dan Allah Dapat Diketahui Melalui Akal telah diterjemahkan ke bahasa Urdu, Kematian Kebangkitan Neraka telah diterjemahkan ke bahasa Polandia, Bangsa-Bangsa Yang Dimusnahkan telah diterjemahkan ke bahasa Portugis, dan diterbitkan oleh berbagai penerbit di luar negeri.

Banyak karya Harun Yahya yang kini sedang diterjemahkan ke bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Rusia, Spanyol, Arab, Portugis, Albania, Serbo-Kroasia (Bosnia), Polandia, Urdu, Indonesia, Melayu dan Malayalam. Sasaran yang hendak dicapai adalah penterjemahan semua buku ke bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain dalam tahun 2001, dan menyebarkannya ke seluruh dunia agar bermanfaat bagi masyarakat luas.

Titik kesamaan dalam semua karya penulis adalah bahwa semua tema yang diulas dalam karyanya sesuai dengan Alqur'an, dan didukung oleh pemahaman yang baik tentang Alqur'an. Bahkan tema-tema yang disampaikan melalui bahasan ilmiah yang seringkali dianggap rumit dan membingungkan disampaikan dengan sangat jelas dan gamblang dalam buku-buku Harun Yahya. Inilah yang menyebabkan buku-bukunya menarik bagi semua orang dari segala umur dan berbagai lapisan masyarakat.

Buku-buku Harun Yahya yang mengulas masalah keimanan mengungkapkan keberadaan dan keesaan Allah, dan ditulis dengan tujuan utama memperkenalkan Islam kepada mereka yang jauh dari agama, dan mempertautkan hati mereka kepada kebenaran. Bagi kaum Muslimin, buku-buku ini adalah sebagai nasihat sekaligus pengingat. Penulis telah menerbitkan karya-karya tentang berbagai masalah pokok dalam Alqur'an yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendorong ibadah tafakkur kaum Muslimin.

Tiap-tiap buku karya penulis yang mengulas bahasan ilmiah mengungkapkan kebesaran, kehebatan dan keagungan Allah secara rinci berdasarkan penelitian dan bukti yang tersusun secara sistematis, disertai dengan perenungan yang mendalam. Buku-buku ini memperlihatkan, bagi kalangan di luar Islam, tanda-tanda keberadaan Allah dan kesempurnaan ciptaan-Nya secara sangat jelas. Di samping itu, buku-buku ini meningkatkan keimanan dan ketaatan orang-orang yang beriman, dan dapat menjadi sarana yang tepat untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain (yang tidak menjalankan agama secara penuh). Sebagian di antara klasifikasi buku ini terdapat "Buku-Buku Yang Menghancurkan Kebohongan Evolusi"

Tujuan utama buku-buku ini adalah untuk menghancurkan filsafat materialistik dan ateistik yang telah dimunculkan sebagai pengganti dan lawan agama, dan telah diindoktrinasikan secara paksa ke seluruh dunia sejak tahun 1850-an. Pengaruh besar buku-buku ini terhadap para pembacanya menunjukkan bahwa tingkat pencapaian tujuan tersebut sangatlah berarti. Buku-buku ini, sebagaimana ungkapan dalam Alqur'an: "Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya" (QS. Al-Anbiyaa', 21:18), menghancurkan yang batil, yakni sistem pemikiran dan ideologi dari sistem anti-agama; dan membantu menyempurnakan cahaya (agama) Allah (QS. Ash-Shaff, 61:8). Dengan alasan tersebut, buku-buku ini memainkan peran penting dalam peperangan melawan kekufuran.

Makna simbolis dari stempel Rasulullah yang tercantum pada sampul depan semua buku-buku karya penulis memiliki kaitan erat dengan isi buku-buku tersebut. Stempel ini memiliki makna Alqur'an adalah Kitab dan Kalam Allah yang terakhir, dan Nabi kita Muhammad adalah khaatimul anbiyaa'. Dengan berpedoman pada atribut Alqur'an dan Rasulullah ini, penulis, melalui semua karyanya, berupaya meruntuhkan semua klaim para penentang Alqur'an dan melontarkan "Kalam Allah Yang Terakhir" ini yang akan memadamkan semua kalimat kekufuran. Stempel Rasulullah, sosok yang memiliki kemuliaan dan hikmah yang agung, digunakan sebagai doa untuk melontarkan Kalam Yang Terakhir ini.
Sunday, September 16, 2012
Kini FOKE Jadi Banyak Senyum

Kini FOKE Jadi Banyak Senyum


JAKARTA, KOMPAS.com — Calon gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo alias Foke, mendapat sorotan dari berbagai pihak terkait kepribadiannya yang terkesan kaku, pemarah, dan kurang senyum ketika tampil di publik, terutama di layar televisi.

Ini tentu saja berbanding terbalik dengan rivalnya, calon gubernur yang diusung PDI-P dan Gerindra, Jokowi, yang dikenal bersahaja, tidak terlihat elitis, dan murah senyum.

Tak kurang politisi Demokrat, Sutan Bhatoegana, sebelumnya menganjurkan agar Foke murah senyum untuk bisa menandingi Jokowi. Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo juga sebelumnya mengkritik Foke yang pembawaannya terkesan suka marah-marah dan elitis. Dikhawatirkan hal ini ikut membuat perolehan suara Foke dalam putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 11 Juli 2012 merosot dikalahkan Jokowi.

Sepertinya ini disadari oleh Foke. Nah, saat wawancara dengan sebuah stasiun TV swasta dalam sebuah dialog yang disiarkan langsung, Selasa (17/7/2012) malam, Foke tampak terus menyunggingkan senyumnya. Saat pembawa acara menanyai Jokowi pada sesi itu, Foke dalam tayangan itu tampak senyum terus sepanjang lebih kurang 10 menit. Hingga membuat kumis Foke yang kian lebat itu terlihat mengikuti larikan bibir bagian atas yang melebar akibat tersenyum.

Di Twitter, senyum Foke di TV itu juga jadi perbincangan hangat. Pemilik akun @siagian_bharata menyebutkan, "Tumben semalem Foke senyum melulu. #ilc".

Lalu, pemilik akun @mitha_aja yang menyebut senyum Foke terkesan terpaksa. "Senyum foke diwwancara semalam kayakny maksa ya? Harusny foke gak perlu kampanye lagi, 5thn sdh cukup untk memenangkan DKI-1," ujarnya.

Kritik pedas dilontarkan pemilik akun  @iwanohno. "Akting. Pura2," tulisnya.

Nah, bagaimana Pak Foke? Apakah senyumnya bisa menandingi senyum Jokowi? Kita tunggu saja. (Hasanudin Aco)

Nah Coba Anda Lihat Video Berikut Saat Foke ditanyain wartawan soal tragedi Mbah Priok: 


Amedz Share| Kisah Hidup Ismuhadi Jafar

Amedz Share| Kisah Hidup Ismuhadi Jafar


Nama lengkapnya Ismuhadi Jakfar.  Bagi sebahagian orang, termasuk eks kombatan dan pengurus Partai Aceh, sosok Ismuhadi, mungkin sudah amat akrab di telingga. Namun, bagi masyarakat awam, sosok tersebut masih ada yang belum mengenalnya.

Berdasarkan surat elektronik milik Ismuhadi yang dikirim ke penulis beberapa tahun silam, Ismuhadi merupakan sebenarnya turunan ke enam  Teuku Nyak Hamzah di Peusangan dari garis ayah, dan cucu Teungku Hasan Ibrahim yang lebih dikenal dengan Nyak Hasan Kodak di Krueng Baroe dari garis ibu.
Ia lahir pada 29 Januari 1969 di Kreung Baroe. Usia 4 tahun, ia dibawa orangtuanya merantau ke Timbangan Gajah Dua, serta 3 tahun kemudian, ia pindah ke Lampahan Aceh Tengah.

Tahun 1994, Ismuhadi pulang ke Aceh dan menikah dengan Aznani, teman kelasnya pada waktu SMA di Cot Gapue, yang ternyata masih keluarga dekatnya. Bahkan, pada masa ibunda Ismuhadi sekolah dulu, tinggalnya di rumah kakek Aznani. Setelah berbulan madu, Ismuhadi memboyong Aznani ke Jakarta. Masa-masa awal berumah tangga, Ismuhadi mendapat cobaan berat, ditipu oleh rekan bisnis, dan Ismuhadi bangkrut.

Tahun 1999, awal Ismuhadi diundang oleh DR Mukhtar Ansary untuk hadir pada acara rapat di Asrama Haji Pondok Gede Jawa Barat. Untuk menyikapi persoalan Aceh pada masa itu. Di sanalah tercetus ide mendirikan Forum Perjuangan dan Keadilan untuk Rakyat Aceh (FOPKRA).

Ismuhadi sendiri bertindak sebagai ketua pengerahan massa. FOPKRA mendukung aksi-aksi mahasiswa Aceh yang sering berdemo ke DPRRI dan Istana Negara untuk menuntut perlakuan adil bagi Aceh.

November 1999, terbentuklah panitia aksi tuntutan referendum bagi Aceh ke DPR RI, Ismuhadi sebagai ketua umum panitia tsb. Berkat hubungan baik dengan Willy, seorang turunan Cina, pengusaha sukses Magelang, Ismuhadi diantar ke rumah Ir.Hatta Rajasa. Ismuhadi ingin memastikan bahwa pada hari H nanti, Amin Rais bersedia menerima utusan.


November 1999 tersebut merupakan aksi bersejarah bagi masyarakat Aceh Jabotabek. Aksi terbesar dalam sejarah perantauan masyarakat Aceh ke Pulau Jawa. Masyarakat Aceh berbondong-bondong dari Ujung Jawa Timur sampai ke Ujong Kulon Jawa Barat berkumpul ke DPR RI, menuntut pemerintah pusat agar menghentikan Operasi Militer di Aceh, mencabut DOM atau memberikan referendum bagi Aceh untuk memilih tetap bergabung dengan NKRI atau berpisah sebagai negara yang berdaulat.

Puluhan ribu masyarakat Aceh tumpah-ruah ke DPP RI. Perwakilan diterima oleh Amin Rais dan tokoh-tokoh nasional lainnya.

Rumah dan bengkel serta pool bis Ismuhadi menjadi tempat penampungan sementara. Masa itu Ismuhadi sering dikunjungi oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh, di antaranya Alm Tgk Ishak Daud, Alm Tgk.Ismail Saputra, Sayed Mustafa Usab, serta sejumlah pejuang Aceh lainnya.

Bahkan kemudian hari Ismuhadi mulai membatasi diri dalam menampung pelarian dari Aceh, kecuali mereka membawa surat dari panglima wilayahnya masing-masing di Aceh, seperti memo yang sering diterima dari almarhum Bang Jack Kapolda Pasee. Atau setidaknya menerima pesan lewat handphone dari sejumlah petinggi gerakan.

Pada 24 September 2000, kebetulan hari itu Ismuhadi menangani sendiri penjualan sebuah mobil ke pembeli di jalan Margonda Depok, Ismuhadi ditelpon oleh kepala bengkel, memberitahukan bahwa seluruh karyawan dan tamu bengkel ditangkap polisi dibawa ke Polsek Jagakarsa. Ismuhadi pun akhirnya akhirnya ditangkap.

Setelah 4 bulan dikurung dalam sel pengap di Polda Metro Jaya, lalu Ismuhadi dipindahkan ke penjara Cipinang. Saat di sana, ia mulai sedikit lega karena dapat dikunjungi oleh keluarga dan kawan-kawan maupun tokoh masyarakat Aceh di Jakarta.

Dituding sebagai panglima GAM Wilayah Jabotabek, dan Jaksa akhirnya menuntut Ismuhadi dengan hukuman mati. Ismuhadi telah maksimal membela diri namun hakim bersikukuh menjatuhkan vonis 20 tahun penjara.

Putusan dua puluh tahun penjara dinilai tak adil oleh Ismuhadi, karena keputusan itu bukan proses pengadilan, namun proses penghukuman. Merasa diperlakukan tak adil, Ismuhadi banding ke Pengadilan Tinggi DKI.

Setelah 2 tahun menunggu putusan mahkamah agung, Ismuhadi dikejutkan dengan putusan vonis bahwa Ismuhadi dinaikkan hukuman menjadi hukuman seumur hidup, sama dengan hukuman yang diterima Irwan Tiro dan Ibrahim Hasan Sawang. Mengahrap keringanan malah beban bertambah.

Sesungguhnya, Ismuhadi bisa bebas pada 2004 lalu, seandainya ia mau menerima penawaran grasi Presiden Megawati Soekarnoputri. Dia menolak dengan alasan,"jika saya terima bisa dipakai untuk menjebloskan Mentroe Malek dan Teungku Hasan Tiro ke penjara," kata Ismuhadi ketika itu.“Saya siap mati dan dipancung, jika terkait pengeboman BEJ.”

Sebagai Panglima GAM wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang (Jabodetabek) atau Jakarta Raya Ismuhadi mengaku bertugas melakukan tekanan terhadap pemerintah pusat agar keinginan rakyat Aceh untuk mereka terkabulkan. Ia tercatat beberpa kali menggalang aksi massa menuntut referendum bagi Aceh di Jakarta. Dan ia menyakini, karena itu pula, ia dijebloskan ke penjara.

Aktivitas sebelum ditahan di LP Cipinang:

-Sekretaris Pribadi Tenaga Ahli Pada Biro Kerjasama Internasional Jepang 1995-1997

-Pemilik Bengkel Kreung Baro Motor 1997

-Direktur PT Jakarta Fukuoka Corporation 1998

-Aktivis Forum Perjuangan dan Keadilan untuk Rakyat Aceh (FOPKRA) DPW DKI-1997.

-Ketua Bidang Pengerahan Massa FOPKRA DPW DKI 1998-2000

-Ketua Umum Panitia Aksi Massa se-Jawa ke DPR RI dalam rangka Tuntutan Referendum Bagi Aceh 1999

-Bendahara Umum DPP FOPKRA 2000
Saturday, September 15, 2012
Profil Ridwan Saidi

Profil Ridwan Saidi

Ridwan Saidi, pria kelahiran Jakarta, 2 Juli 1942, ini seorang politisi dan budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini mantan Ketua Umum PB HMI, 1974-1976 dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1977-1987. 

Ridwan Saidi (lahir di Jakarta, 2 Juli 1942; umur 70 tahun) adalah mantan anggota DPR dan seorang budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1977-1987. Sebagai seorang budayawan Betawi, Ridwan banyak terlibat dalam aktivitas pelestarian budaya serta menulis buku-buku mengenai masyarakat Betawi.Ridwan Saidi menikah dengan Yahma Wisnani dan dikaruniai 5 anak.

BIOGRAFI
Ridwan Saidi adalah seorang politisi dan budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini adalah mantan Ketua Umum PB HMI dari tahun 1974-1976 dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1977-1987). 

Pria penggemar seni sastra dan musik ini berasal dari keluarga yang sederhana. Semasa mahasiswa, ia aktif berorganisasi. Ia juga merupakan penulis yang produktif dan berhasil menerbitkan karyanya di berbagai media massa. 

Pada bulan Maret 2011, penyanyi Ahmad Dhani melaporkan Ridwan ke Polda Metro Jaya. Hal tersebut dikarenakan Dhani menerima paket buku karangan Ridwan yang berjudul Fakta dan Data Yahudi di Indonesia (terbit tahun 2008) beserta bom. Buku yang dikarang Ridwan bersama Rizki Ridyasmara tersebut memang cukup mempengaruhi persepsi masyarakat dan mencap Dhani sebagai salah satu tokoh Yahudi serta menyebar paham zionis di Indonesia. Ridwan mengaku tidak mengenal Dhani dengan baik dan ia menerbitkan buku tersebut berdasarkan logo-logo zionis yang Ridwan temukan pada album-album lagu Ahmad Dhani.
PENDIDIKAN
SR Tamansari, Jakarta (1955)
SMPN II, Jakarta (1959)
SMAN I Budi Utomo, Jakarta (1962)
Fakultas Publistik, Universitas Padjadjaran (tidak selesai), 1962-1963
Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP), Universitas Indonesia, 1963-1976
KARIR
Kepala Staf Batalion Soeprapto Resimen Mahasiswa Arief Rahman Hakim, 1966
Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, 1973-1975
Ketua KNPI (1973-1978)
Ketua Umum PB HMI, 1974-1976
Anggota DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, 1977-1982 dan 1982-1987
Wakil Ketua Komisi APBN, 1977-1982
Wakil Ketua Komisi X, 1982-1987
Ketua Umum Partai Masyumi Baru, 1995-2003
Ketua Steering Comittee Kongres Kebudayaan, 2003
Direktur Eksekutif Indonesia Democracy Watch
Ketua Komite Waspada Komunisme
PENGHARGAAN
Karya Penerbitan:
Golkar Pascapemilu 1992, 1993
Anak Betawi Diburu Intel Yahudi, 1996
Profil Orang Betawi: Asal muasal, kebudayaan, dan adat istiadatnya, 1997
Status Piagam Jakarta: Tinjauan hukum dan sejarah, 2007
Fakta dan Data Yahudi di Indonesia, 2008

Kegiatan Lain:
White House Conference on Youth, Colorado, Amerika Serikat, 1971
Australia-Indonesia Dialogue, Canberra, Australia, 1981
International Parliament Union Conference, Manila, Filipina, 1982
ASEAN Parliament Conference, Singapura, 1983
Muktamar Rakyat Islam se-Dunia, Irak, 1993
Babylonian Cultural Festival, Irak, 1994