Dajjal dan Cara Pandangnya
Bila kita berbicara tentang ‘Sang dajjal’ apa yang mungkin muncul dalam benak manusia (?) sebagian mungkin akan teringat kepada kisah kisah misterius yang diceriterakan para nabi yang oleh sebagian orang mungkin dianggap lebih mirip sebagai ‘dongeng’ walau tentu tak harus dianggap sebagai ‘dongeng’ sebab para nabi bukan jenis manusia pendongeng.
Yang jelas adalah Dajjal oleh para nabi selalu diidentikan sebagai ‘makhluk yang bermata satu’,tapi baiklah untuk menyingkat tulisan maka saya ingin mencoba menafsirkan sendiri maksud tujuan pemberian nama ‘Dajjal’ dan definisinya sebagai ‘makhluk bermata satu’ itu.
Menurut saya ‘Dajjal’ itu adalah sebutan untuk sebuah karakter cara pandang yang sudah ada sejak zaman dahulu kala sejak zaman para nabi masih ada.’Dajjal’ adalah sebuah karakter cara pandang yang pada dasarnya beranggapan bahwa ‘realitas’ - ‘yang nyata’-‘yang benar’ atau kalau sekarang : ‘yang ilmiah’ adalah segala sesuatu yang nyata-nampak mata dan dalam bahasa sains : ‘yang bisa terbukti secara empirik’ (bukti yang bisa tertangkap mata telanjang),sebab itu hati hati bila anda tengah berdebat tentang masalah ‘kebenaran’ dengan katakanlah ‘agamawan’ dan anda selalu ngotot meminta fakta bukti empirik untuk sesuatu yang pada dasarnya bersifat gaib-abstrak maka hati hati lah jangan jangan kacamata sudut pandang yang anda pakai adalah kacamata sudut pandang sang…………
Untuk memahami apa dan bagaimana serta siapa sang Dajjal maka kita harus menelusuri nya dari dasar yaitu dari pemahaman terhadap REALITAS : pada dasarnya Tuhan menciptakan realitas itu sebagai suatu yang memiliki dua sisi-dua dimensi : ada dimensi yang gaib-abstrak (yang tak tertangkap mata telanjang) dan yang lahiriah-material yang bisa tertangkap mata telanjang,semua realitas yang ada-tercipta selalu memiliki dua sisi ini,sebagai contoh : manusia yang terdiri dari jiwa dan raga,komputer yang terdiri dari software dan hard ware
Jadi bila pada dasarnya anda beranggapan bahwa : ‘realitas’ itu adalah ‘hanya segala suatu yang nampak mata’ atau ‘segala suatu yang bisa tertangkap oleh pengalaman dunia indera’ maka bersiaplah untuk menerima pinangan sang dajjal untuk direkrut menjadi anak buahnya.sebab inilah inti atau dasar dari kacamata sudut pandang sang dajjal,walaupun kelak sang manusia berkacamata sudut pandang dajjal ini sudah lulus menjadi filosof atau saintis maka pandangan dasarnya terhadap ‘realitas’ tadi tidak akan berubah.dan pandangan dasarnya terhadap realitas ini kelak mendasari pandangan pandangan filosofisnya atau ideology yang dianutnya.sebab itu coba saja telusuri orang orang tertentu yang mengeluarkan pernyataan atau statement tertentu yang ‘dicurigai’ berbau ‘dajjal’ maka bila ditelusuri ujungnya akan sampai pada pandangannya yang bersifat mendasar terhadap konsep ‘realitas’ itu.
Sebab itu untuk mudahnya maka kacamata sudut pandang ‘dajjal bermata satu’ itu kita sebut saja ‘kacamata sudut pandang materialist’ karena ia selalu ‘awas’,selalu ‘focus’ kedunia alam lahiriah-material tapi cenderung ‘buta’,cenderung mengabaikan adanya realitas yang gaib-abstrak dibalik realitas yang lahiriah-material.
Sebab itu kebalikan dari kacamata sudut pandang dajjal adalah ‘kacamata sudut pandang yang bermata dua’ atau ‘universalist’, yaitu cara pandang yang selalu melihat realitas secara berimbang antara melihat ke dunia lahiriah - material dengan melihat ke dunia gaib-abstrak,karena dilandasi oleh keyakinan bahwa ‘realitas’ adalah suatu yang memiliki dua dimensi antara yang lahiriah-material dan yang gaib-abstrak.
Beda cara pandang kedua kacamata sudut pandang yang berbeda ini dalam melihat agama adalah : kacamata sudut pandang universalist bisa melihat agama secara menyeluruh dan bisa membaca konstruksi konsep kebenaran mutlak yang menjadi konstruksi agama secara konstruktif,sedang kacamata sudut pandang bermata satu hanya bisa melihat agama dari ‘permukaan kulit luar’ dan tidak bisa membaca konsep kebenaran mutlak yang menjadi konstruksi agama secara konstruktif,sehingga ujungnya cara melihat serta membaca agama dengan kacamata sudut pandang ‘mata satu’ itu dalam sejarah sering melahirkan beragam stigma negative yang banyak tertanam dalam benak banyak umat manusia seperti : ‘agama hanya ajaran moral’,’agama suatu yang tidak berdasar ilmu pengetahuan’ dlsb.
Baik kacamata sudut pandang bermata dua (yang didunia ini kekuatannya bertumpu pada agama) maupun kacamata sudut pandang bermata satu masing masing melahirkan beragam konsep tersendiri yang sudah bisa anda bayangkan betapa konsep yang datang dari dua kutub -dua kacamata sudut pandang yang berbeda itu sudah pasti berbeda baik dalam isi maupun tujuannya.
Agama yang eksistensinya didunia senantiasa mewakili kacamata sudut pandang universalist melahirkan beragam konsep seperti : konsep moral,konsep ilmu,konsep bermasyarakat,konsep manusia dan kemanusiaan,konsep ilmu jiwa,konsep hak asasi,konsep pendidikan,konsep rasionalitas, konsep sejarah dlsb. yang ciri khasnya yang mendasar adalah selalu mengaitkan Tuhan-akhirat-kepentingan ruhaniah - hal yang gaib-abstrak sebagai pijakan ilmiah - pertimbangan -dan tujuan.
Kacamata sudut pandang bermata satu itupun sebenarnya melahirkan beragam konsep serupa tapi bedanya adalah tidak menjadikan Tuhan-agama-kepentingan ruhaniah-hal yang gaib -abstrak sebagai pijakan ilmiah-pertimbangan dan tujuan.
Hal paling nyata dan paling mendasar diantaranya adalah perbedaan mendasar dalam konsep ‘ilmu’, kacamata sudut pandang materialist mengkonsep ‘ilmu’ sebagai : ‘sesuatu yang sebatas wilayah pengalaman dunia inderawi dan bisa dibuktikan secara empirik’,sedang kitab suci mengkonsep ilmu sebagai : ‘suatu yang harus bisa menerangkan keseluruhan realitas baik yang gaib-abstrak maupun yang lahiriah-material sehingga kedua alam itu bisa difahami secara menyatu padu sebagai suatu kesatuan system’ sehingga ‘ilmu’ dalam agama tidak bisa dibatasi ‘sebatas wilayah pengalaman dunia indera’.
Dan anda sudah bisa menebak dalam sejarah : mana konsep ‘ilmu’ yang lebih banyak mempengaruhi fikiran umat manusia,sehingga wajar ketika manusia berhadapan dengan argumentasi yang datang dari para agamawan teramat banyak orang yang suka ‘menghantam’ balik dengan,pertanyaan : ‘mana bukti empiriknya?’.
Itulah akhir zaman adalah ‘grand final’ pertarungan antara dua kutub - dua kubu – dua kekuatan besar dunia yang sebenarnya bersifat abstrak dan bentuk pertarungannya pun bersifat abstrak pula -lebih kepada perang konsep-perang ilmu - perang pemikiran,suatu benturan hebat yang mungkin hanya baru sedikit saja tertangkap di permukaan oleh Samuel P. Huntington.
Yang jelas pertarungan itu ujungnya bermuara kepada pertarungan antara kacamata sudut pandang Tuhan yang terkonsep dalam ‘Agama’ vs kacamata sudut pandang manusia yang terkonsep dalam apa yang disebut sebagai ‘isme’.(walau tidak semua ‘isme’ pengertiannya suatu yang berlawanan dengan agama tentunya).dan itulah pertarungan antara ‘kebenaran’ versi ‘ agama’ melawan ‘kebenaran’ versi isme isme tertentu selalu menjadi santapan manusia sehari hari tentunya dan selalu memenuhi opini media massa diseluruh dunia.
Sebuah pertarungan terakhir antara sang pahlawan melawan sang antagonis dunia sebelum Isa Al masih turun kebumi untuk mengangkat kembali harkat-martabat ‘sang pahlawan’ kembali pada kedudukannya yang mulia,dan melempar sang antagonis pada kekalahannya yang terakhir kalinya.
Tapi bagi kita pencari ilmu dan kebenaran kalau mau menjadi ‘penonton’ jadilah penonton yang baik tanpa harus terbawa arus emosi yang berlebihan dan tanpa kendali,sebab adanya benturan antara dua kubu itu sebenarnya justru akan menjadikan kita menjadi bertambah ilmu dan menjadi bertambah bijak dalam menentukan apa yang harus kita pijak……jadi janganlah tulisan ini dianggap ‘memprovokasi’ melainkan hanya untuk petunjuk (ilmu) bagi manusia yang masih bingung perihal : "apa sebenarnya yang tengah terjadi didunia saat ini?"
Jadi bila anda ingat kepada ‘dajjal’ maka lebih baik foKus kepada mengingat adanya suatu cara pandang yang berbeda dengan cara pandang universalistik (bermata dua) yang diarahkan atau diajarkan oleh kitab suci dari pada focus kepada ceritera ceritera makhluk gaib yang wallohu a’lam akan bagaimana bagaimana nya yang kita tidak tahu secara pasti.sebab itu adalah cara paling real dan paling ilmiah untuk memahami ‘dajjal’.
0 comments:
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.